Inilah Manfaat Dzikir yang Luar Biasa (Hadits Jamiul Ulum wal Hikam #50)

Perusahaan Sewa Mobil Di Sumba

Inilah Manfaat Dzikir yang Luar Biasa (Hadits Jamiul Ulum wal Hikam #50)

Inilah Manfaat Dzikir yang Luar Biasa (Hadits Jamiul Ulum wal Hikam #50)

Hadits Ke-50 dari Jamiul Ulum wal Hikam Ibnu Rajab
الحَدِيْثُ الخَمْسُوْنَ

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ بُسْرٍ قَالَ : أَتَى النَّبِيَّ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – رَجُلٌ ، فَقَالَ : يَا رَسُوْلَ اللهِ إنَّ شَرَائِعَ الإِسْلاَمِ قَدْ كَثُرَتْ عَلَيْنَا ، فَبَابٌ نَتَمَسَّكُ بِهِ جاَمِعٌ ؟ قال : (( لاَ يَزالُ لِسَانُكَ رَطْباً مِنْ ذِكْرِ اللهِ – عَزَّ وَجَلَّ – )) خَرَّجَهُ الإِمَامُ أَحْمَدُ بِهَذَا اللَّفْظِ .

Dari ‘Abdullah bin Busr radhiyallahu ‘anhu bahwa tersedia seorang Laki-laki berkata, “Wahai Rasulullah, sebetulnya syariat Islam (amalan sunnah) itu benar-benar banyak yang mesti kita jalankan. Maka mana yang mesti kita pegang (setelah menunaikan yang wajib, pen.)?” Beliau menjawab, “Hendaklah lisanmu selalu basah bersama dengan berdzikir kepada Allah (maksudnya: tetap meneruslah berdzikir kepada Allah, pen).” (HR. Ahmad bersama dengan lafazh layaknya ini) [HR. Ahmad, 4:188; Tirmidzi, no. 3375; Ibnu Majah, no. 3793; Ibnu Hibban, no. 2317; Al-Hakim, 1:495. Syaikh Syuaib Al-Arnauth menyebutkan bahwa sanad hadits ini sahih. Al-Hafizh Abu Thahir menyebutkan bahwa sanad hadits ini hasan. Lihat pula penjelasan hadits ini dalam Tuhfah Al-Ahwadzi bi Syarh At-Tirmidzi, 9:305] https://sedekahlagi.com/ .

Baca Juga: Kunci Rezeki itu Tawakal kepada Allah (Hadits Jamiul Ulum wal Hikam #49)

Faedah hadits
Pertama: Para teman akrab begitu bersemangat dalam menanyakan berkenaan bersama dengan urusan agama mereka.

Kedua: Allah memerintahkan kita untuk banyak berdzikir. Allah termasuk memuji orang yang banyak berdzikir tersebut.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا , وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلًا

“Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan petang.” (QS. Al-Ahzab: 41-42)

وَٱذْكُرُوا۟ ٱللَّهَ كَثِيرًا لَّعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

“Dan ingatlah Allah banyak-banyak sehingga kamu beruntung.” (QS. Al-Jumu’ah: 10)

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata,

كَانَ رَسُوْلُ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – يَذْكُرُ اللهَ عَلَى كُلِّ أَحْيَانِهِ

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu berdzikir (mengingat) Allah pada tiap tiap waktunya.” (HR. Bukhari, no. 19 dan Muslim, no. 737)

Yang dimaksud banyak berdzikir di sini adalah berdzikir ketika berdiri, berjalan, duduk, berbaring, termasuk pula dalam situasi suci dan berhadats.

Ketiga: Para ulama mengkalkulasi dzikir bersama dengan jarinya.

Khalid bin Ma’dan bertasbih tiap tiap hari 40.000 kali. Ini tak sekedar Al-Qur’an yang beliau baca. Ketika ia meninggal dunia, ia ditaruh di atas ranjangnya untuk dimandikan, maka tanda jari yang ia gunakan untuk mengkalkulasi dzikir tetap terlihat.

Ada yang menanyakan pada ‘Umair bin Hani, bahwa ia tak dulu kelihatan letih untuk berdzikir. Ketika ditanya berapa kuantitas bacaan tasbih beliau, ia jawab bahwa 100.000 kali tasbih dan itu dihitung bersama dengan jari jemari.

Dari Yusairah seorang wanita Muhajirah, dia berkata: https://qurbannusantara.com/ 

قَالَ لَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَيْكُنَّ بِالتَّسْبِيحِ وَالتَّهْلِيلِ وَالتَّقْدِيسِ وَاعْقِدْنَ بِالْأَنَامِلِ فَإِنَّهُنَّ مَسْئُولَاتٌ مُسْتَنْطَقَاتٌ وَلَا تَغْفُلْنَ فَتَنْسَيْنَ الرَّحْمَة

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada kami, ‘Hendaknya kalian bertasbih (ucapkan subhanallah), bertahlil (ucapkan laa ilaha illallah), dan bertaqdis (mensucikan Allah), dan himpunkanlah (hitunglah) bersama dengan ujung jari jemari kalian sebab itu seluruh bakal ditanya dan diajak bicara, janganlah kalian lalai yang membuat kalian lupa bersama dengan rahmat Allah.’” (HR. Tirmidzi, no. 3583; Abu Daud, no. 1501 dari hadits Hani bin ‘Utsman dan disahihkan oleh Adz-Dzahabi. Sanad hadits ini dikatakan hasan oleh Al-Hafizh Abu Thahir).

Keempat: Jika seseorang sudah benar-benar mengenal Allah, ia bakal berdzikir tanpa tersedia beban mirip sekali.

Kelima: Berdzikir adalah kelezatan bagi orang-orang benar-benar mengenal Allah. Allah Ta’ala berfirman,

الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram bersama dengan mengingat Allah. Ingatlah, cuma bersama dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’du: 28)

Keenam: Ada keutamaan berdzikir saat orang-orang itu lalai.

Abu ‘Ubaidah bin ‘Abdullah bin Mas’ud berkata, “Ketika hati seseorang tetap berdzikir pada Allah maka ia layaknya berada dalam shalat. Jika ia berada di pasar lantas ia menjalankan kedua bibirnya untuk berdzikir, maka itu lebih baik.” (Lihat Jaami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam, 2: 524). Di sini dinyatakan lebih baik sebab orang yang berdzikir di pasar bermakna berdzikir di saat orang-orang lalai. Para pedagang dan costumer pasti lebih sibuk bersama dengan tawar menawar mereka dan jarang yang ambil acuhkan untuk sedikit mengingat Allah barang sejenak.

Lihatlah misal ulama salaf. Kata Ibnu Rajab Al-Hambali sehabis membawahkan perkataan Abu ‘Ubaidah di atas, beliau menyebutkan bahwa beberapa salaf tersedia yang bersengaja ke pasar cuma untuk berdzikir di lebih kurang orang-orang yang lalai dari mengingat Allah. Ibnu Rajab pun menceritakan bahwa tersedia dua orang yang sempat bertemu di pasar. Lalu salah satu dari mereka berkata, “Mari sini, mari kita mengingat Allah di saat orang-orang pada lalai dari-Nya.” Mereka pun menepi dan mencegah dari dari keramaian, lantas mereka pun mengingat Allah. Lalu mereka berpisah dan salah satu dari mereka meninggal dunia. Dalam mimpi, salah satunya bertemu ulang temannya. Di mimpi tersebut, temannya berkata, “Aku merasakan bahwa Allah mengampuni dosa kita di sore itu sebab kita bertemu di pasar (dan lantas mengingat Allah).” Lihat Jaami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam, 2:524.

Ketujuh: Allah sudah mewajibkan pada kaum muslimin untuk berdzikir kepada Allah pada siang dan malam bersama dengan mengerjakan shalat lima saat pada waktunya. Dari shalat lima saat itu tersedia shalat rawatib (qabliyah dan bakdiyah), di mana shalat rawatib itu berfungsi sebagai penutup kekurangan atau sebagai tambahan dari yang wajib.

Kedelapan: Antara shalat Isya dan shalat Shubuh tersedia shalat malam dan shalat witir. Antara shalat Shubuh dan shalat Zhuhur tersedia shalat Dhuha.

Kesembilan: Dzikir bersama dengan lisan disunnahkan tiap tiap saat dan tersedia yang direkomendasi pada saat spesifik seperti:

Dzikir bakda shalat wajib.
Dzikir pagi dan petang pada bakda shubuh dan bakda ashar (yang tidak tersedia shalat sunnah sehabis dua shalat tersebut).
Dzikir sebelum saat tidur, direkomendasi berwudhu sebelumnya.
Dzikir sehabis bangun tidur.
Beristighfar pada saat sahur.
Dzikir ketika makan, minum, dan mengambil pakaian.
Dzikir ketika bersin.
Dzikir ketika memandang yang lain terkena musibah.
Dzikir ketika masuk pasar.
Dzikir ketika mendengar suara ayam berkokok pada malam hari.
Dzikir ketika mendengar petir.
Dzikir ketika turun hujan.
Dzikir ketika turun musibah.
Dzikir ketika safar.
Dzikir ketika berharap bantuan saat marah.
Doa istikharah kepada Allah ketika menentukan suatu hal yang belum keluar kebaikannya.
Taubat dan istighfar atas dosa kecil dan dosa besar.
Ibnu Rajab rahimahullah berkata, “Siapa yang memelihara dzikir pada waktu-waktu tadi, dialah yang disebut orang yang rajin berdzikir kepada Allah pada tiap tiap waktunya.” (Jaami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam, 2:529)

Mayoritas bahasan di atas disita dari Jaami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam pada bahasan hadits ke-50.